Orang-orang pada sibuk pakai faceapp hanya mau liat gimana wajahnya ketika tua. Padahal itu gak penting seberapa tuanya wajahmu ketika menua, tapi yang paling terpenting kelak kau menua dengan siapa? Melewati hari-hari tuamu dengan siapa? Masihkah kelak ada seseorang disampingmu ketika kau terbangun dipagi hari? Masihkah ada seseorang yang selalu tersenyum padamu ketika menemanimu sarapan dipagi hari? Atau menemanimu minum secangkir teh atau kopi disore hari sambil berbincang-bincang tentang nostalgia dimasa lalu, kemudian kau dan dia akan tertawa bahagia mengingat kenangan itu. Walaupun itu tentang kesalahan masa lalu yang pernah kau dan dia perbuat, tapi kau dan dia saling memaafkan dan menerima kesalahan itu, karena kau dan dia menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Jadi, tak penting seberapa tuanya kau dihari tua nanti, tapi yang paling terpenting adalah...
Akankah selalu ada seseorang yang selalu setia dengan tulus mendampingimu disaat susah, sedih dan sakit-sakitan? Dan masihkah dia menganggapmu sebagai seseorang yang paling berarti dan berharga dimuka bumi ini walau wajah dan fisikmu tidak lagi semenarik dan sesempurna dulu?
Rabu, 24 Juli 2019
Faceapp
Jumat, 14 Juni 2019
Perjalanan Pulang
Suatu perjalanan ketika menuju perjalanan pulang, anakku tiba-tiba berkata, "Waktu pergi rasanya lama kali nyampenya, tapi waktu pulang cepat kali sampenya". Adikku menyahut, "Seperti itulah kehidupan. Ketika kita pergi mengembara didunia ini sebagai kalifah dimuka bumi ini, rasanya semua tujuan yang ingin kita capai terasa lamban dan melelahkan, tapi ketika akan menuju pulang ( kematian ) terasa begitu singkat, cepat dan mendadak."
Aku merenungi ucapan adikku. Apa yang harus aku kejar? Mengapa aku selalu ingin terburu-buru untuk menggapai sesuatu? Sedangkan jalan untuk kembali pulang begitu singkat dan cepat. Jika sesingkat itu mestinya aku mempersiapkan segala sesuatunya untuk aku bawa kembali pulang. Ibarat kata, ketika kita banyak berjalan menyusuri perjalanan maka banyak hal-hal menarik yang kita lihat dan bahkan ingin kita bawa pulang kerumah sebagai buah tangan ( oleh-oleh ) dan orang-orang dirumah tentu sangat mengharapkan buah tangan atau oleh-oleh yang kita bawa dari perjalanan. Jika kita pulang dengan tangan kosong tentu mereka akan kecewa dan berkata, "Mana oleh-olehnya?"
Begitu juga ketika kita pulang kembali kepada Sang Pencipta, tentu Allah mengharapkan kepulangan kita dengan membawa banyak hadiah yang akan kita persembahkan kepadaNya, yaitu amal ibadah.