Aku
sering bertanya pada diri sendiri, apakah aku seorang hipokrit atau sabar?
Bagiku hipokrit dan sabar adalah 2 kata yang sangat sulit aku bedakan. Mengapa
itu sering menjadi pertanyaanku? Karena aku sering melakukan perbuatan yang
bertentangan atau berlawanan dengan kata hatiku. Aku melakukan perbuatan itu
untuk pengendalian/pengontrolan diri agar aku terhindar dari norma-norma hukum
masyarakat yang sewaktu-waktu bisa menghukumku. Karena norma-norma hukum yang
paling kejam adalah norma-norma hukum
masyarakat. Jika kau tidak bisa menjaga segala tindak-tandukmu, sikap dan
perbuatanmu maka anda harus bersiap-siap suatu hari nanti akan menerima norma
hukum dari masyarakat. Norma-norma hukum masyarakat inilah yang selalu menjadi
penyebab aku dan kalian semua yang merasa harus hidup seperti seorang hipokrit.
Mungkin kita sudah berusaha untuk mencoba selalu menjadi diri sendiri, tetapi
hidup terlalu banyak menuntut untuk menjadi seorang hipokrit. Aku sulit membedakan
mana itu hipokrit dan mana itu sabar. Dimata orang-orang sekitarku mungkin aku
seorang yang penyabar. Tapi bila aku harus bicara jujur, aku sebenarnya sangat
tidak menyukai kesabaran ini. Karena membuatku menjadi sangat tertekan. Aku harus
menahan semua perasaan-perasaan yang mengganjal didalam hatiku.
Hipokrit
berasal dari kata hypocrite yang
artinya munafik. Munafik
adalah orang yang suka berpura-pura, tidak sesuai ucapan dengan perbuatannya.
Dalam kamus
Oxford Advanced Learner’s, kata “Hypocrite” didefinisikan sebagai “a person who
pretends to have moral standards or opinions that they do not actually have
(hipokrit adalah orang yang berpura-pura mempunyai standar/patokan moral atau
opini yang sebenarnya tidak dimilikinya). Disederhanakan sebagai orang yang
mempunyai perbedaan antara apa yang dikatakannya dengan perbuatan aktualnya. Pada
dasarnya hidup manusia sering berada dalam keadaan kemunafikan/ kepura-puraan
sama dengan orang yang memakai topeng dalam kehidupan sehari-harinya. Saat kita
akan mencapai sesuatu atau mendapatkan sesuatu atau menyenangkan seseorang , mungkin
sifat ini otomatis akan muncul dengan sendirinya.
Dalam
pandangan ilmu jiwa modern, hipokrit adalah sosok yang sedang sakit. Cirinya :
- Ia mendustai dirinya dengan menggunakan kedok dan memperdaya orang lain
dengan tujuan orang lain menerima dan menghargainya , bisa menyebar fitnah dan
gelisah melihat orang lain melebihi dia dan mendapatkan kebaikan / keuntungan ,
plin plan dan punya sifat menonjol cari muka ( bersifat ulitarian ). Pemicu utama
munculnya sifat hipokrit ini, misalnya “cari muka”, sebagaimana dituturkan
pakar ilmu jiwa, adalah karena takut dan tamak. Mencari muka merupakan penyakit
jiwa dan sosial yang berkembang subur bagaikan wabah penyakit di tengah
masyarakat dalam era/masa kemunduran. yaitu masa di mana banyak orang yang malah
menjauhi dan mengendorkan pegangannya terhadap agamanya. Jikalau
hipokrit disamakan artinya dengan kemunafikan / kepura-puraan, memang benar
jikalau hipokrit telah menjadi wabah yang menyebar kemana-mana. Bukan hanya
dalam lingkungan politisi tapi juga sosial masyarakat. Apakah istilah hipokrit
dapat dijadikan sebagai suatu istilah penyakit kejiwaan? Aku bertambah bingung
atau jangan-jangan hipokrit adalah munafik yang terlalu berlebihan yang
mengakibatkan benar-benar hampir seperti seorang yang berkepribadian ganda?
Sosok atau figur manusia hipokrit, dalam
pandangan ilmu jiwa modern adalah sosok yang sedang sakit. Pada dirinya
seolah-olah terbelah dua figur yang saling bertikai dalam satu tubuh. Figur
yang satu menggambarkan dirinya berdasarkan tampilan-tampilan eksoterus ( luar )
nya. Yang bisa terlihat dan terdengar oleh orang lain, misal pakaian, perkataan
dan senyumannya. Figur yang lain adalah mencerminkan sifat indoteris ( dalam ) nya,
yang tak dapat diketahui oleh siapapun. Akibat pertikaian figur kepribadian
ini, seorang yang hipokrit akan menampakkan profil kepribadian negatif yang
akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Pemicu utama munculnya sifat hipokrit ini, misalnya "cari
muka", sebagaimana dituturkan pakar ilmu jiwa, adalah karena takut dan
tamak. Mencari muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang subur
bagaikan wabah penyakit di tengah masyarakat dalam era/masa kemunduran. Yaitu
masa di mana banyak orang yang malah menjauhi dan mengendorkan pegangannya
terhadap agamanya. Hal ini tidak lain disebabkan lemahnya keimanan, rasa takut
dan harga diri yang tinggi.
Di zaman sekarang orang-orang dengan mudahnya
mengucapkan kata hipokrit. Hipokrit, setiap orang sangat membenci mendengar
kata itu. Dan juga teramat tidak suka jika ada orang yang menyebutkan dirinya
seorang hipokrit. Seorang hipokrit sekalipun tidak suka jika dirinya disebut
hipokrit, meskipun jelas-jelas dia seorang hipokrit.
Di dalam Islam kita tidak boleh sembarangan menyebut
seseorang itu hipokrit, karena yang bisa menilai seseorang itu hipokrit atau
tidak hanyalah Allah SWT. Dan di dalam Islam ciri-ciri orang munafik itu dapat
ditandai dari : jika berbicara ia berbohong, jika
berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat.
Tapi hipokrit yang ingin aku jelaskan
disini bukanlah hipokrit dengan maksud dan tujuan untuk mengambil keuntungan
dari orang lain, akan tetapi hipokrit yang seperti menipu diri aku sendiri demi
tuntutan sebuah dogma. Hipokrit yang aku harus terus-terusan memakai “topeng”
demi untuk menyenangkan seseorang dan untuk menghindari dari norma-norma hukum
masyarakat. Aku tahu pada dasarnya memang hidup manusia sering berada dalam keadaan
kemunafikan/ kepura-puraan yang harus terus-menerus memakai topeng? Saat kita
akan mencapai sesuatu atau mendapatkan sesuatu atau menyenangkan seseorang,
maka sifat ini otomatis akan muncul dengan sendirinya dan topeng kemunafikanpun
segera digunakan. Aku benci topeng itu tapi aku harus terus-menerus memakainya.
Sadar atau tidak sadar kita semua sebenarnya adalah seorang yang hipokrit.
Terkadang aku berusaha untuk menjadi diri sendiri, tetapi hidup terlalu banyak
menuntut untuk menjadi seorang hipokrit. Aku merasa diriku seorang hipokrit
karena ;
Ketika aku ingin teriak tentang kebencianku
kepada seseorang, tapi aku harus menutup rapat-rapat mulutku dan harus tetap
bersikap manis di depannya.
Ketika aku merasa muak!
dengan semua nasehat yang cenderung menghujatku aku harus tetap berkata
"thanks for your advice"
Ketika aku harus berpura-pura
untuk tetap menjadi seorang pecinta sejati walau hati penuh kebencian demi
sebuah DOGMA
Ketika aku harus
berpura-pura membenci seseorang, hanya untuk menutup rapat-rapat isi hati yang
sebenarnya demi menjaga sebuah DOGMA
ketika aku harus tetap
tersenyum ketika hati menangis
ketika aku tertawa
terbahak-bahak yang sebenarnya orang lain tidak pernah tahu kalau aku sedang
mentertawakan diri sendiri
ketika aku harus
berpura-pura tegar meski aku serapuh kayu yang lapuk
ketika aku mencoba menahan
marah yang meledak-ledak dengan bersikap sabar
Katanya SABAR itu : Diam = menahan/menyimpan marah, Diam = tidak melawan, Diam = lelah untuk ribut.Tapi kesemuanya itu mengakibatkan DENDAM dan kBENCIan.
Apakah masih di sebut SABAR jika keSABARan hanya menyimpan benih2 keBENCIan?
Apakah masih harus tetap berSABAR,bila keSABARan itu membuat kehancuran bagi diri sendiri baik mental maupun fisik?
Apakah masih di sebut SABAR bila kita menahan marah tapi menyimpan dendam?
Apakah harus tetap berSABAR ketika SABAR itu hanya menyebabkan bertumpuk-tumpuk dendam dihati?
So...
Aku HIPOKRIT atau SABAR ?
haloo.. kok rasa2nya aku juga kadang suka begitu yaa.. can we talk more?
BalasHapusWah, kita sama 😃. Maaf, ya lama baru balas2 komen
Hapuskalau menurut saya sih hypocrite disini lebih kepada sesuatu yg menguntungkan dirinya sendiri, yaitu sama dg sikap yg tidak sesuai dg perbuatan melalui perkataannya. Bukan kearah yg mengalah, ya tp lebih ke bagaimana orang jadi tertarik dg kita melalui perkataan2
BalasHapusMenurut saya sabar itu ikhlas. Apakah kita sudah ikhlas sedang dalam hati masih ada kebencian?
BalasHapusUtk ikhlas itu mmng sulit, tp trkdg kita trpaksa memilih diam Ketika ada yg melukai, menghakimi krn kita tau, kita jelaskan scara detailpun mereka ttp tdk akan mengerti apa yg kita rasakan
BalasHapusHypocrite itu Diam yg terpaksa.Masih ada unsur dendam & emosi yg dibendung. Sedangkan Sabar itu Diam yg diikhlaskan terjadi bisa mengarah pd pengampunan....emosinya dibiarkan mengalir dlm diam...pasrah.
BalasHapusInspriratif dan informatif
BalasHapusSegala sesuatu tergantung kepada tujuannya.
BalasHapus