Sahabatku datang menjemputku dengan sebuah kendaraan bus, tapi penghuni di dalam bus itu hanya aku dan dia. Dia tersenyum kepadaku, menjemputku di depan kampus lamaku.
"Aku datang menjemputmu, naiklah!" katanya sambil tersenyum.
"Sebentar, aku mempersiapkan bekal untuk diperjalanan kita nanti," jawabku.
"Kamu tak memerlukan bekal, disana sudah tersedia segala-galanya apa yang kamu mau dan kamu inginkan," jawabnya.
Aku tersenyum.
"Kenapa baru sekarang kamu menjemputku? Dari sekian lama penantianku?" tanyaku padanya.
"Karena baru sekarang saatnya tiba. Sekarang kamu sudah pantas untuk dijemput," jawabnya sambil tersenyum.
Senyum itu, senyum yang tidak pernah berubah selalu memesona.
Aku dan sahabatku berjalan bergandengan tangan menuju bus. Bus yang akan membawaku dan dia pergi. Aku tak tahu kemana sahabatku akan membawaku pergi, aku hanya menurut saja. Saat itu yang kurasakan hanyalah kebahagiaan, kebahagiaan yang dulu pernah hilang bertahun-tahun lamanya.
Di sebuah kamar di dalam sebuah rumah, terdengar jeritan dan raungan tangisan. Tangisan kesedihan untuk kepergian orang yang mereka sayangi Pergi untuk selamanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar